13/02/2021

Rusun dan Kompos

Dari sebuah Talk Show bertemakan Zero Waste Cities: Cegah Tragedi Leuwihgajah Terulang, oleh salah satu narasumber tersampaikanlah sebaris kalimat sederhana yang keluar dari perkataan seorang petugas sampah ketika warga yang sampahnya ia angkut sudah mulai memilah sampah yang membuat saya terharu: 

"Baju saya sudah enggak pernah bau sampah lagi ketika saya bekerja"

Sebegitunya momok sebagai petugas sampah yang luput dari pengetahuan kita. Tidak semua orang dapat kuat memikul beban kerja sebagai petugas sampah sehingga bagi saya hanya orang-orang terpilih dan ikhlas sajalah yang mampu mengerjakan pekerjaan mulia ini. Sementara di sisi lain jika ada iuran atau retribusi sampah misal naik seribu rupiah saja protes warga bisa menguap berlebihan tetapi sangat disayangkan sampah di rumah kebanyakan warga tercampur sehingga membuat petugas sampah yang kena imbasnya. Ibarat kata, "yang punya sampah siapa, yang kebagian bau busuknya siapa". Pasti sedih dan tak nyaman berada di posisi para petugas sampah namun pekerjaan ini tetap harus diemban demi keberlangsungan hidup mereka.

Hmmm.. Sempat terpikirkan sepertinya kita bisa deh pelan-pelan mengakhiri ketidakadilan dalam bekerja seperti yang dialami para petugas sampah. Salah satunya dengan memisahkan sampah organik dari rumah yang adalah sumber dari ketidaknyamanan dalam bekerja seorang petugas sampah di lapangan. Sebenarnya kita semua dapat memisahkan sampah organik dengan cara memilah sampah mana saja yang bisa diolah lagi dan mana saja yang berakhir di TPA (tempat pembuangan akhir). Sayangnya belum banyak yang mengetahui bahwa sampah organik dari rumah tangga itu bisa diolah lagi untuk menyuburkan tanah yaitu dengan cara pengomposan sampah organik, baik itu dilakukan secara individu maupun kolektif bersama para warga di kawasan tempat kita tinggal. Mongompos secara individu memang sudah baik namun akan berdampak lebih luas ketika dilakukan secara gotong royong dengan satu tujuan yaitu lingkungan yang asri yang berkeadilan. Kalau lingkungan makin asri seharusnya petugas sampah juga ikut senang dong ya, biar adil kan hihihi sama-sama senang.

Namun jika hidup di tengah kota Jakarta mungkin masih sulit menemukan kumpulan warga yang mau mengelola sampah organik secara bersama. Tapi itu tidak menjadi alasan untuk tidak memulai, bukan? Jika tidak memiliki kawasan yang mendukung untuk memilah sampah rasanya tidak apa bila dimulai sendirian, tetaplah semangat! 💪 Karena sayapun begitu. Saya hidup di tengah kota Jakarta tepatnya di sebuah rumah susun (rusun) subsidi pemerintah di bilangan Kemayoran dan tidak mempunyai pekarangan sendiri yang akibatnya adalah hanya ada lahan yang super kecil untuk melakukan kegiatan bercocok tanam dan sejenisnya. Saya mencoba tidak berkecil hati karena iri sekali dengan masyarakat yang mempunyai rumah horizontal yang lahannya manusiawi untuk menanam bermacam tumbuhan dan tentunya mengompos. 

Tampak dari Atas: Lahan Saya Mengompos di Rusun
Sumber: kamera pribadi

Dengan lahan kecil itu saya ternyata masih dapat mengompos lho! Saya sendiri juga heran. Berikut beberapa langkah untuk mulai memilah sampah dari rumah susun, mari simak bersama yaa!

Pertama, kumpulkan wadah bekas ukuran sedang hingga besar. Tujuannya untuk menjadi "tempat sampah organik" kita. Jadi ketika kita melakukan proses apapun itu yang menghasilkan sampah organik dapat kita kumpulkan di wadah bekas yang sudah kita siapkan itu.

Kedua, siapkan daun pisang atau daun apapun yang ada dan jika tidak ada dedaunan boleh juga kertas bekas. Daun atau kertas bekas ini bisa menjadi alas pada dasar wadah bekas yang sudah kita siapkan. Sebelum-sebelumnya saya tidak memakai alas sehingga sampah organik yang menempel selama satu minggu akan sulit dibersihkan padahal wadah tersebut akan dipakai lagi. Jadi lebih baik wadahnya juga kembali bersih sehingga kitapun nyaman dalam mengumpulkan sampah organik kita.

Ketiga, kita hanya tinggal menunggu seberapa banyak sampah organik terkumpul. Banyaknya tergantung dengan keinginan kita pribadi. Kalau saya biasanya dikumpulkan sampai semua wadah penuh dengan sampah organik yang kira-kira waktu tunggu selama satu sampai dua minggu. Dan usahakan tidak menaruh di dalam ruangan yang ventilasinya kurang baik karena akan menghasilkan aroma tersendiri dari sampah organik kita yang mungkin akan mengganggu penghuni rumah.

Sampah Organik + Air Cucian Beras (Sebagai Aktivator) Selama Seminggu
Sumber: Kamera Pribadi

Keempat, ketika semua sampah sudah terkumpul maka dapat langsung kita bawa ke pekarangan yang tentunya lahan bertanah sehingga sampah organik kita mengurai sebagaimana mestinya. Kemudian yang kita lakukan adalah menggali! Menggali bisa dilakukan oleh siapa saja tidak harus laki-laki kan? 😄 Semangat menggali tanahnya, gali sedalam yang kita butuh sesuai banyaknya sampah organik kita. Jadi ukuran kedalaman galian tanah itu tidak pasti karena banyaknya sampah sering berbeda-beda dan yang terpenting sampah organik kita masuk dan tanah benar-benar menutupinya dengan sempurna.

Proses Menggali Tanah untuk Sampah Organik
Sumber: YPBB

Terakhir, kita kembali ke rumah dan membersihkan lagi wadahnya. Jangan lupa semua wadah dikeringkan ya.. Dan kita mengulang lagi ke langkah pertama! Itulah yang disebut berkelanjutan sehingga tidak akan pernah putus untuk terus memilah sampah dari rumah 😁 Semangatnya juga tak putus ya!

Setelah menjalaninya bertahun-tahun tanpa saya sadari dengan mengompos ternyata saya sudah mulai berempati dengan para petugas sampah lho! Karena saya sudah mengurangi beban kerja mereka yang sebenarnya bukan bagian kerja mereka sih. Lho kok? Iya, karena memilah sampah adalah tugas saya yang memproduksi sampah.

Para petugas sampah pasti akan sedikit berbahagia jika saya dan kamu mulai memilah sampah, jadi enggak ada lagi tuh ceritanya baju petugas sampah yang bau seusai bekerja ya 😊 Dan satu lagi, mari berdoa semoga penduduk kota seperti saya dan mungkin kamu yang sedang membaca segera mendapat support system yang juga ikut memilah sampah bersama-sama seperti kawasan yang sudah menjadi Zero Waste Cities yaitu Bandung dan Cimahi. Aamiin. ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar